Sasana Adirasa adalah tempat beribadah bagi penganut Kejawen, aliran kepercayaan dan kebatinan Jawa. Tempat ini mengangkat sosok Pangeran Samber Nyawa, seorang priyayi atau bangsawan terkenal dari Surakarta yang memiliki keahlian perang dan menolak bekerjasama dengan VOC.
Terbuka bagi semua penganut kepercayaan dan agama, Sasana Adirasa menjadi tempat berdiskusi, berbagi pemikiran, dan menghargai satu sama lain dalam konteks hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Diambil dari kata ‘Sasono’ yang berarti tempat, serta ‘Adiroso’ yang berarti rasa sejati, Sasana Adirasa digambarkan sebagai tempat untuk mengeksplorasi rasa sejati.
Di sini, ada pula perpustakaan yang menyimpan buku-buku dan karya tulis mengenai pelajaran budi pekerti kemanusiaan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Ada dua bangunan utama, yaitu Gedung Pasucen untuk menyucikan diri di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, serta pendopo untuk kegiatan sarasehan. Atap pendoponya bersusun tiga yang mencerminkan tiga tingkatan Ilmu Ketuhanan, yaitu Ilmu Kanuragan, Ilmu Sangkan Paraning Dumadi, dan Ilmu Kasampurnaning Dumadi.
