Tabik pun!
Lampung, sebagai pintu gerbang keajaiban Sumatera, menghadirkan keindahannya di samping Selat Sunda. Di feri Merak-Bakauheni, perantau menjelajahi ranah ajaib ini. Tersebar di banyak pulau, Lampung menawarkan keelokan alam seperti Gunung Krakatau, Taman Laut Sebuku, Pulau Pahawang, dan Pulau Tegal Mas.
Anjungan Lampung di TMII membawa kisah tak terlupakan dengan Nuwou Balak dan Nuwou Sessat, dua rumah adat yang dibangun pada tahun 1973 dan 1975. Gubernur Lampung, Sutiyoso, mempersembahkan mereka kepada Tien Soeharto sebagai tanda harap dan impian.
Anjungan ini menampilkan lima bangunan utama, seperti rumah adat panggung (Nuwou/Lamban Balak), balai adat (Nuwou Sessat), bangunan kantor (Nuwou Kattur), bangunan mess (Pesanggrahan Anjula), dan Kantin Pondok Krakatau. Lawang Kuri, gerbang utamanya, memancarkan keanggunan arsitektur khas Lampung dengan Menara Siger sebagai ikon Provinsi Lampung.
Di sebelah kanan Menara Siger, bangunan Nuwou Kattur yang memiliki dua lantai menjadi kantor pengelolaan anjungan dan perpustakaan. Di sebelah kiri menara, ada Nuwou Balak, balai keratuan, yang menjadi tempat kediaman para kepala adat (penyeimbang adat). Rumah panggung ini berisi elemen magis yang merefleksikan tatanan budaya dan kehidupan masa lalu, dengan banyak ruangan mulai dari gapura (lawang kuri), tempat melapor (pusiban), tangga rumah (ijan geladak), serambi depan untuk menerima tamu (anjung-anjung), serambi tengah sebagai tempat berkumpul kerabat pria dan wanita (lapang agung), hingga kamar tidur. Pengunjung juga diajak menelusuri waktu lewat pameran budaya yang menampilkan pakaian adat, peralatan rumah tangga, pelaminan, hingga kerajinan tangan.
Di tempat aslinya, rumah kepala adat memiliki beranda yang membedakannya dari rumah-rumah biasa. Dahulu, sirap menyusun atapnya, namun sekarang seng dan genteng menyajikan citra yang baru.
TAHUKAH KAMU?
Nuwou Sessat merupakan bangunan terbesar dan termegah di anjungan Lampung. Bangunan ini menjadi simbol pertemuan para kepala adat (penyeimbang adat atau purwatin) di Lampung, yang dijuluki ‘Bali Agung’ di bumi Tapis Berseri. Lima bagian utama yaitu ijan geladak, serambi, pusiban, ruang tetabuhan (tempat menyimpan alat musik tradisional) dan gajah merem (ruang tempat kepala adat beristirahat), menciptakan nuansa adat dan kebijaksanaan yang abadi.