Sulawesi Tengah menjadi salah satu dengan bahasa daerah terbanyak di Indonesia. Menurut Kemendikbud, total ada 21 bahasa daerah yang kini masih lestari dan dituturkan oleh penduduk lokal. Maklum, daerah ini merupakan rumah dari berbagai suku seperti Kaili, Pamona, Mori, Bungku, Saluan, Banggai, Balantak, Buol, Toil-Toli, dan masih banyak lagi.
Berkunjung ke anjungan Sulawesi Tengah di TMII merupakan pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Kamu bisa langsung bersentuhan dengan budaya dan tradisi orang lokal. Akan ada empat rumah tradisional seperti ‘souraja’, rumah tradisional bangsawan ‘Kaili’, rumah adat suku ‘To Lobo (tambi)’ dari Sout Lone, ‘gambiri’ (lumbung padi) dan sebuah gedung kantor yang digunakan sebagai toko seni juga.
Rumah ‘souraja’ adalah rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang segi empat dari kayu. Bagian depan dan belakang ditutupi oleh papan berukir (panapiri) dan bagian depan dan belakang punggungan rumah dihiasi dengan mahkota berukir (bangko-bangko).
Bangunan ini dibagi menjadi tiga ruangan. Ruang depan (Lonta Karawana) digunakan untuk menerima tamu dan kamar tidur tamu jika pengunjung ingin menginap malam. Lalu ada ruang tengah (Lonta Tatangana) adalah menerima tamu keluarga. Terakhir, ada ruang belakang (Lonta Rorana) sebagai ruang makan meskipun beberapa kali ruang makan berada di ‘Lonta Tatangana’.
Ada pula Kamar-kamar wanita dan anak perempuan berada di sudut belakang ‘lonta rorana’. ‘Avu’ (dapur), sumur, dan kamar mandi berada di belakang, sebuah bangunan tambahan yang terhubung ke bangunan utama oleh ‘hambate’ (jembatan).
“Lonta Tatangana’ digunakan untuk memamerkan berbagai kostum daerah dan sepasang pengantin ‘kaili’ lengkap dengan prosesinya. Di sini kamu juga akan menemukan ruang tidur keluarga. Ruangan “Avu” digunakan untuk memperagakan tenun sarung ‘Donggala’.
Selanjutnya, kamu akan mengunjungi Rumah “Tambi”. Ini adalah bangunan persegi dengan atap menyerupai piramida panjang dan curam, berfungsi sebagai dinding rumah dengan baik. Rumah dan atapnya ditopang oleh tiga atau lima pilar kayu bulat bulat dan pilar yang diletakkan di atas tiang batu berbatu oval yang telah terkubur di tanah. Rumah itu hanya memiliki satu pintu di sisi kiri bagian depan rumah (Lobana).
Nah, Di tengah ‘lobana’ adalah ‘rapu’ (dapur) di atas yang rak didukung oleh empat pilar. Selain tempat untuk memasak, ‘rapu’ juga berfungsi sebagai sumber cahaya dan pemanas di malam hari dan dalam cuaca dingin juga. Ruang terbuka di sebelah dapur digunakan ruang makan, kamar tidur dan untuk menerima tamu keluarga. Daun pintu dihiasi dengan ukiran kepala kerbau air, sementara pilar punggungan menggantung tanduk kerbau dengan berbagai ukuran yang disusun ke atas mulai dari tanduk terbesar dan terpanjang.
Jangan lupa untuk mengambil selfie dengan dua patung imitasi ‘Tadulako’ dan ‘Langkae Bulava’, sisa-sisa prasejarah awalnya tersebar dalam jumlah besar di wilayah selatan Los. ‘Tadulako’ adalah gambar ayah yang ganteng dan berani sementara ‘Langke Bulova’ adalah gambar seorang ibu yang cantik.
TAHUKAH KAMU?
Salah satu kuliner yang nggak boleh kamu lewatkan adalah Kaledo dari Palu. Sup tulang sapi dimasak hingga empuk. Kuahnya bening dan memiliki rasa bumbu kuat. Asam jawa, cabai rawit, dan garam menjadi bahan dasar dari bumbunya. Disajikan hangat dengan nasi atau ubi, pasti kamu pingin nambah satu piring lagi, deh!