Selamat datang!
Jakarta, sebuah kota metropolis yang dikenal akan gedung pencakar langit dan cahaya urban, menjadi magnet bagi para perantau dari seluruh pelosok Indonesia. Berawal dari sebuah Bandar bernama Sunda Kepala di Muara Sungai Ciliwung, kota ini adalah pintu gerbang masuknya berbagai keberagaman etnis dan budaya, yang kemudian melahirkan masyarakat Betawi dari beragam latar belakang dan etnis.Â
Pada 22 Juli 1527, dari Sunda Kelapa, namanya berubah menjadi Jayakarta dan diperingati sebagai hari lahir Kota Jakarta, yang mencerminkan kemenangan atas penjajahan Portugis yang dibebaskan oleh Fatahilah. Jayakarta kemudian berganti nama menjadi Batavia di bawah pemerintahan Belanda yang menata Infrastruktur Kota Jakarta dengan Pusat Pemerintahan bernama Kota Tua, dan menjadi Jakarta setelah proklamasi kemerdekaan hingga kini.
Anjungan ini, sebagai jendela informasi perkembangan kota Jakarta dari masa ke masa, merupakan daya tarik wisata yang ramah disabilitas, diantaranya rumah khas Betawi yang mempersembahkan sentuhan arsitektur tradisional. Rumah Kebaya dan Joglo turut hadir, mengundang pengunjung ke dalam gemerlap seni dan budaya tradisional Betawi. Ruang-ruang khas Betawi, seperti paseban, pangkeng, pendaringan dan srodoyan/dapur  memberikan nuansa autentik.
Gedung Blandongan adalah panggung pementasan seni budaya Betawi bernuansa alkulturasi baik kontemporer maupun tradisional., Terdapat juga bangunan utama berupa ruang pameran yang memiliki sebuah bangunan dengan ornamen cawan Monas yang menjadi daya tariknya. Di lantai pertama, pengunjung disambut sepasang ondel-ondel setinggi 4 meter di depan pintu masuk, yang membuka pintu informasi mengenai khasanah budaya Jakarta dan peta museum se-DKI Jakarta. Termasuk di antaranya adalah diorama kapal-kapal Eropa di Sunda Kelapa dan pakaian adat Betawi, seperti sadariah dan krancang sebagai busana sehari-hari, busana formal seperti jung serong dan encim, abang dan none Jakarta, hingga busana pengantin Betawi seperti care haji dan care China.
TAHUKAH KAMU?
Jakarta dikenal dengan Pasar Tanah Abang, pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara, di mana barang-barang ditawarkan dengan harga yang sangat miring. Uniknya, saat baru dibangun pada tahun 1735, pasar ini ternyata hanya buka di hari Sabtu. Ratusan tahun kemudian, Pasar Tanah Abang kini telah maju menjadi suatu pasar modern dengan sekitar 10.000 kios.