Assalamu’alaikum Warahmatullahi WabarakatuhÂ
Adil Katalino Bacuramin Kasaruga Basengat Ka Jubata
Kalimantan Barat memiliki keanekaragaman budaya yang menarik. Bagaimana tidak, provinsi ini saja memiliki beragam seperti Suku Dayak, Melayu dan Tionghoa yang umumnya tinggal di daerah sepanjang sungai Kapuas, yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia.
Cuaca panas menjadi hal yang biasa masyarakat provinsi ini. Maklum, provinsi ini terletak persis di tengah garis khatulistiwa atau equator. Bahkan di Kota Pontianak yang merupakan ibu kota, di waktu terjadinya kulminasi matahari di bulan Maret dan September, kamu bisa berdiri tepat di garis imajiner tersebut di Tugu Khatulistiwa tanpa ada bayangan, yang replikanya bisa ditemukan di anjungan Kalimantan Barat di TMII.
Bangunan anjungan yang pertama terinspirasi dari Istana Kesultanan Kadriah yang dibangun pada 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Dalam anjungan, terdapat patung figuratif Sultan Abdurrahman Alkadrie bersama permaisurinya, Utin Chandramidi, yang mengenakan pakaian adat Melayu Telok Belanga dan Baju Kurung, dilengkapi dengan miniatur meriam, bendera kesultanan, dan berbagai macam kerajinan dan pakaian adat Melayu Kalimantan Barat.
Bangunan kedua, Rumah Betang atau Rumah Panjang yang merupakan rumah adat suku Dayak, umumnya ditempati oleh puluhan keluarga. Puluhan kayu bulian menopang bangunan, yang tangganya terbuat dari sebatang kayu panjang tanpa pegangan. Bagian depan yang digunakan untuk menjemur hasil ladang, sedangkan bagian tengah digunakan untuk upacara adat dengan bilik-bilik tertutup yang merupakan kamar keluarga besar satu turunan.Â
Selain itu, ada pula bangunan untuk menyimpan tulang manusia yang dinamakan Sandung, serta rumah adat Baluk dari suku Dayak Bidayuh yang bentuknya tinggi menjulang, digunakan sebagai tempat ritual tahunan Nyobeng yaitu permohonan berkat, kedamaian dan ketentraman yang dilakukan khusus bagi laki-laki Suku Dayak.
Jelajahi anjungan lebih lanjut dalam perjalanan budaya yang tak terlupakan sambil melihat benda-benda tradisional seperti Mandau, sumpit, perisai, sarang palilit (tutup kepala wanita) dan Damak (anak sumpit). Di waktu tertentu, pengunjung juga bisa menyaksikan tarian khas Kalimantan Barat, yaitu tari Jepin dan tari Luing.
TAHUKAH KAMU?
Di Kalimantan Barat, terselenggara festival meriah yang dikenal sebagai Festival Meriam Karbit. Meriamnya memiliki diameter mencapai satu meter dengan ledakan yang amat menggelegar. Tradisi ini bermula dari Sultan pertama Pontianak, Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang memerintahkan prajuritnya untuk menembak meriam untuk mengusir hantu yang mengganggunya saat mendirikan bangunan Istana Kadriah.