Wilujeng sumping!
Pada masa silam, Banten merupakan kerajaan Islam yang menancapkan akarnya dalam dunia pelayaran dan perdagangan yang memukau. Daerah ini konon menjadi pangkalan perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan berkembang sebagai pusat penyebaran agama Islam di bawah payung kepemimpinan Sultan Malik Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa.
Banten merangkai jalinan budaya dari suku-suku yang menari dalam harmoni, mulai dari suku Banten, Sunda, Jawa, Betawi, Tionghoa, hingga komunitas terpencil Baduy. Bahasa yang umumnya digunakan adalah bahasa Sunda-Banten dan Jawa-Banten.
Salah satu kesenian Banten yang terkenal adalah Rampak Bedug, yang menampilkan kecekatan memukul bedug dalam bentuk tarian melodi. Tak hanya itu, ada pula seni bela diri tradisional Debus yang magis, mengandung kekuatan supranatural, dan memadukan seni musik dan tari. Atraksi kekebalan tubuh manusia melawan berbagai benda tajam dan panas dipamerkan dalam pertunjukan ini.Â
Anjungan Banten di TMII mempersembahkan bangunan utama dengan arsitektur khas Masjid Agung Banten lama yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1566. Lantai dasarnya berfungsi sebagai panggung peragaan dan pameran, sementara lantai atasnya menjadi ruang kantor. Bangunan ini berbentuk segi empat dengan atap tingkat bersusun lima (atap tumpang). Di bagian depan sebelah kanan, terdapat replika menara setinggi sekitar 10 meter yang membentuk mercusuar.
Temukan pakaian adat, alat musik tradisional, peralatan rumah tangga, senjata-senjata tradisional, dan kerajinan tangan yang memukau di sini. Jangan lewatkan indahnya corak Batik khas Banten, alat musik debus, tarian rudat, aksi dramatis terbang gede, busana adat akang dan eteh, serta pakaian sehari-hari masyarakat Baduy.
Karya kerajinan tangan yang dipertunjukkan antara lain adalah kerajinan batu akik yang indah, anyaman kulit kayu yang menawan, kain tradisional yang ditenun dengan kepiawaian, dan kerajinan anyaman bambu yang mempesona. Jangan lewatkan pula keberagaman hasil kreativitas dari tanah liat berupa gerabah dan keramik yang menghiasi ruang.
TAHUKAH KAMU?
Misteri asal-usul tradisi Debus masih mengambang di antara kabut sejarah. Konon, kata Debus menyimpan makna tembus, mengingat adanya pertunjukan unik di mana para pemainnya berusaha menembus tubuh dengan logam runcing atau bahkan dipalu. Menariknya, kesenian ini sudah menjadi warisan turun-temurun yang tumbuh subur di pedalaman desa di Banten.