Kalimantan Timur, sang penyimpan rahasia alam, menjadi penjaga sejarah yang panjang. Masyarakatnya, seperti suku Dayak dan Kutai, memeluk keragaman dengan 16 melodi bahasa daerah yang merdu.
Di anjungan Kalimantan Timur di TMII, pengunjung bisa mengintip keragaman ini lewat rumah adat Lamin yang berarti besar. Paku tak digunakan sama sekali pada proses pembangunan rumah yang terbuat dari kayu ulin kuat ini, melainkan pasak dan tali rotan yang berperan sebagai tonggak ketahanan. Tangga mengantar pengunjung untuk masuk ke dalam rumah yang berlantai tinggi ini, yang umumnya dihuni oleh beberapa keluarga sekaligus. Dari kebiasaan inilah, semangat gotong royong dalam masyarakat tumbuh menjadi sebuah tradisi yang kuat.
Ruang tengah yang merupakan tempat menerima tamu menjadi panggung pagelaran benda-benda etnografi, seperti Bening Aban (alat gendong anak), pakaian adat, perhiasan raja, dan lukisan budaya khas Dayak. Rumah adat ini juga dihiasi ornamen burung Enggang yang melambangkan kebangsawangan dan keluhuran budi, ornamen naga yang membawa makna kesaktian, kepahlawanan, dan kekuatan, ornamen cumi-cumi yang melukiskan semangat kerakyatan, serta ornamen kedok atau topeng yang menggambarkan kedamaian. Masing-masing warnanya pun menggenggam arti tersendiri, mulai dari makna keagungan untuk warna kuning, keberanian untuk warna merah, pengabdian untuk warna biru, dan kesucian untuk warna putih.
TAHUKAH KAMU?
“Ruhui Rahayu”, semboyan Kalimantan Timur yang terpahat dalam lambang provinsi di bagian bawah, dipegang kuat oleh penduduk lokal sebagai filosofi dalam kehidupan bermasyarakat. Semboyan ini menggambarkan harapan dan tujuan masyarakat Kalimantan Timur untuk meraih harmoni sosial yang penuh kebahagiaan, keadilan dan kesejahteraan, dalam suasana aman dan tenteram yang diberkahi oleh Allah.