Wa, wa, wa!
Ini adalah sapaan khas masyarakat Papua dari daerah pegunungan, yang 80 persen wilayahnya adalah hutan tropis lebat. Provinsi ini menjadi tempat tinggal bagi banyak suku yang masih semi terisolir. Masyarakatnya melantunkan melodi bahasa yang beragam, mulai dari Tobati, Kuimen Sewan, Kauwerawet, hingga Serki, yang digolongkan ke dalam bahasa Melanesia.
Di anjungan Papua di TMII, pengunjung akan dibawa dalam perjalanan ke Papua melalui replika rumah Kariwari dan Honai yang merepresentasikan kekayaan budaya. Rumah Kariwari merupakan rumah ibadah suku Tobati-Enggros yang tinggal di tepi Danau Sentani di Kabupaten Jayapura. Dengan bentuk piramida segi delapan dan atap kerucut yang aslinya terbuat dari daun sagu, rumah ini menampilkan pernak-pernik unik khas Papua. Patung Asmat, panah beracun, perahu semang, mata uang kerang, aneka kostum adat seperti koteka (berkas penis Papua), hingga patung upacara prosesi pembuatan tato di punggung anak laki-laki dewasa turut hadir untuk memperkenalkan kearifan lokal Papua di rumah Kariwari.Â
Kamar-kamar di rumah Kariwari juga mempersembahkan tradisi Papua melalui benda-benda yang menyimpan mitos dan sejarah seperti lukisan, patung, tengkorak dan rahang hewan khas Papua, gelang rotan, dan tor dari kayu berukir yang digunakan untuk menumbuk lesung selama tarian. Tak terlewatkan, ada danau buatan dengan patung hiu, perahu panjang Asmat, serta peraga hewan endemik seperti cuscus, kanguru, hingga ular berkaki empat.
Selain rumah Kariwari, anjungan Papua juga menghadirkan bangunan Sili yang ditempati oleh suku Dani di lembah Baliem serta rumah yang ditujukan untuk pria, wanita, bahkan hewan. Rumah Honai digunakan oleh pria, sedangkan rumah Ebey Honai digunakan oleh wanita. Tempat tidurnya atas di atas tiang di bawah atap, sedangkan lantai dasarnya menjadi tempat perapian untuk menghangatkan isi rumah. Uniknya, tak hanya manusia, babi pun diberikan rumah khusus yang diberi nama Wanay Honai.
TAHUKAH KAMU?
Jika beruntung, pengunjung bisa menyaksikan, bahkan turut serta dalam pembuatan patung Mbis oleh seniman Asmat yang mengunjungi anjungan Papua pada jadwal waktu tertentu. Sebagai oleh-oleh, patung Asmat buatanmu juga bisa dibawa pulang lho.